February 19, 2008

Beograd selepas Deklarasi Sepihak Kemerdekaan Kosovo

Mungkin saat-saat ini situasi di Beograd paling tidak menggenakan, hawa amarah terlihat dimana-mana. Demonstrasi sudah mulai cenderung mengarah ke anarkis, beberapa Embassy yg mendukung kemerdekaan Kosovo hampir tiap hari jadi tempat mampirnya para demonstran dan sudah mulai memakan korban, salah satunya mobil Dubes Brasilia, Kedutaan Slovenia porak poranda ditimpukin batu meski demikian Gendarmarie polisi khusus Serbia masih mampu mengatasi keadaan. Yang jadi kekhawatiran kita-kita yg berada di Beograd adalah rencana demonstrasi yang akan dilakukan hari Kamis besok yg melibatkan semua tokoh politik dan partai ... mudah-mudahan masih bisa terkendali mengingat prediksi massa yang akan terlibat bisa mencapai ratusan ribu orang, dalam situasi ini percikan api sedikit saja bisa merusak rencana demonstrasi damai yg digagas beberapa politisi di Beograd.

Diluar situasi di Beograd, ketika membaca perkembangan di tanah air, saya sedikit sedih ketika membaca detik.com banyak politisi kita yang bicara asal-asalan hanya berlandaskan sentimen agama semata tanpa melihat aspek-aspek lain yang bisa menimbulkan preseden bagi keutuhan NKRI. Memang konflik Kosovo ini bukan masalah bagi kita tapi preseden yang ditimbulkan sebagaimana kekhawatirkan beberapa pihak mulai terbuka. Kotak pandora mulai terbuka, Republik Srpska di Bosnia mulai melancarkan tuntutan yang sama belum lagi di wilayah Georgia, Abkhazia dll dan tidak bisa dipungkiri hal ini juga bisa menginspirasi golongan-golongan tertentu yang ingin lepas dari pangkuan NKRI pasti memantau secara seksama perkembangan di Kosovo.
Satu petikan dari Jakarta Post 23 May 2007

In Indonesia, the matter could have a powerful impact on the two separatist-minded provinces of Aceh and Papua, said Damien Kingsbury, a key adviser to the separatist Free Aceh Movement.

Indonesia, which has already lost Timor Leste, "is always sensitive about issues affecting territorial integrity, so it will be very worried," Kingsbury was quoted as saying by AP recently.

However, Hikmahanto Juwana, an international law expert at the University of Indonesia, disagreed with Kingsbury, insisting that Kosovo's independence would not have a destabilizing effect on Indonesia's territorial integrity.

"Indonesia's territorial integrity has already been finalized and the international community has recognized this. I think the Kosovo case cannot be applied to Papua or Aceh because they are different. Also, people have already been mature enough to see the cases," he told the Post


dan juga komentar Prof Hikmanto Juwana di detik hari ini, dari petikan Jakarta Post di atas hanya berargumentasi bahwa masyarakat international telah mengakui integritas wilayah Indonesia maka tidak akan ada preseden buat Indonesia. Pak Professor ternyata lupa, bahwa integritas wilayah Serbia sebagai pewaris Yugoslavia juga diakui secara internasional melalui Resolusi 1244. Apabila bisa terjadi terhadap Serbia maka bisa juga terjadi terhadap Indonesia. Dan satu hal lagi konflik yang terjadi di Kosovo adalah murni separatisme etnik bukan masalah agama. Hati-hati terhadap propaganda bahwa masalah ini adalah masalah agama karena memang propaganda ini masuk dalam skenario utk ditiupkan di negara-negara yang mayoritas beragama Islam.

Semoga damai segera tercipta di wilayah ini, kekhawatiran akan terjadi perang terbuka juga semakin nyata meskipun sampai saat ini Beograd masih akan tetap menggunakan jalur diplomasi dan ekonomi, dilain pihak Rusia tidak akan tinggal diam dengan praktek-praktek yang dilakukan oleh Amerika karena sejatinya isu Kosovo ini adalah isu kepentingan Amerika di wilayah balkan. Dan bagi Amerika sebuah perang baru akan membuat bekerjanya pabrik-pabrik mesin perang yang akan menggerakan roda ekonominya yang saat ini sedang diambang krisis.

No comments: