September 18, 2008

BaliCamp


Nama BaliCamp bagi para pekerja IT tentunya sudah tidak asing ditelinga, namun beberapa tahun belakangan ini seolah-olah tenggelam seiring dengan Bom Bali II yang menghancurkan sendi-sendi perekonomian Bali. Namun ada kabar baik BaliCamp telah mulai beroperasi kembali sejak bulan Juli 2008 setelah sahamnya (Sigma Group) diakuisisi oleh PT Telkom. Geliat BaliCamp mulai terlihat dengan direlokasinya sekitar 50 programmer dari Jakarta ke Bali. Proyek-proyek juga sudah mulai berdatangan kembali. Impian untuk mewujudkan sebuah industri software berskala internasional mulai tumbuh kembali... BaliCamp ... Bandung Hightech Valley ... merupakan icon industri IT di Indonesia... mana lagi yang mau nyusul Depok barangkali dengan UI sebagai pelopor ?

Saya mendapat kesempatan berkunjung ke BaliCamp pada bulan Juli dan Agustus kemarin. Ada beberapa ilmu yang saya dapatkan disana, salah satunya adalah CMMI yang ternyata merupakan salah satu pokok bahasan di mata kuliah Perancangan Sistem di MTI UI.

September 17, 2008

Tragedi Zakat Maut dan Budaya Antri

Sedih juga melihat tragedi zakat maut yang terjadi di Pasuruan, saya hanya bisa mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya. Disisi yang lain terlepas dari polemik yang kemudian terjadi, ada satu hal yang menjadi catatan saya yaitu masalah kedisiplinan lebih khusus lagi masalah budaya antri. Kejadian ini tentunya bisa dihindari jika mentalitas budaya antri sudah terpatri dibenak masyarakat kita, desak-desakan, saling serobot yang pada akhirnya mengakibatkan kondisi menjadi kacau saling injak, sesak napas akhirnya korban jiwa pun berjatuhan.

Itu hanyalah salah satu cerminan bahwa budaya antri di negeri ini sangat langka. Coba tengok dijalanan, aksi saling serobot dan klakson yang tiada henti karena nggak sabaran nggak mau antri dijalurnya masing-masing sudah menjadi pemandangan yang rutin kita saksikan setiap hari. Coba lihat pembagian BLT yang selalu kacau karena masyarakat tidak mau antri. Coba lihat lagi pembagian-pembagian lainnya bisa dikatakan hampir semuanya kacau karena tidak tertibnya antrian. Nah melihat kejadian-kejadian ini sudah seharusnya BUDAYA ANTRI mulai digalakkan kembali, tanamkan budaya ini sejak dini kepada anak-anak kita.

September 3, 2008

[PMRPL] Filosofi dlm Rekayasa Perangkat Lunak

Ada satu filosofi yang menarik disampaikan oleh Dosen gue Pak Eko K. Budiardjo bahwa dalam dunia rekayasa perangkat lunak dikenal idiom "tidak ada waktu yang cukup untuk membuat software yang sempurna, tapi cukup banyak waktu untuk menyempurnakan software yang dibuat". Seperti Microsoft yang memulai dari DOS, Windows 3.1, Windows 98, ... sampai dalam bentuknya yang sekarang Vista semuanya dilakukan dalam suatu proses yang panjang mengikuti filosofi tersebut.

Kita biasanya kalau membuat software/aplikasi kebanyakan langsung berpikir yang terlalu jauh ... inginnya langsung membuat software/aplikasi yang complicated dan canggih tapi terkadang lupa kenapa software/aplikasi itu dibuat yang tentunya harus diselaraskan dengan user requirement-nya. Kebetulan saat ini gue sedang menangani satu diklat yang berkaitan dengan TIK, ada satu project yang akan digarap oleh peserta diklat berdasarkan hasil kertas kerja yang mereka telah tulis dan cukup mendapat apresiasi dari pimpinan. Idenya adalah mengimplementasikan salah satu dari hasil kertas kerja yang bertemakan pemetaan informasi dari suatu negara.

Kelompok penggagas berpikir secara sederhana dengan menampilkan peta dunia yang dibuat dengan flash didukung dengan database sederhana yang berisikan informasi mengenai negara-negara. Dalam diskusi yang gue adakan, timbul perdebatan yang cukup sengit .. he.. he.. kalau boleh dibilang cukup panas ... yang intinya ada anggota kelas menginginkan bahwa aplikasi yang dibuat sudah seperti aplikasi GIS (geographical information system). Akhirnya gue tengahi dengan menyampaikan filosofi diatas ... mudah-mudahan para peserta diklat bisa memahami ruh filosofi tersebut disamping ruh kebersamaan (korsa) yang coba gue tekankan kepada mereka.

September 1, 2008

Kuliah Perdana : Kebijakan dan Implementasi e-Government di Indonesia

1 September ini menjadi kuliah perdana gue di MTI UI, untuk sesi ini diisi kuliah umum oleh dosen tamu dari Depkominfo, Bp. Djoko Agung Harijadi dengan tema Kebijakan dan Implementasi e-Government di Indonesia. Kuliah umum ini menjadi menarik bagi gue karena apa yang dipaparkan oleh Pak Djoko sedikit banyak memotret sisi implementasi IT di Pemerintahan. Banyak contoh-contoh yang sedikit banyak gue temuin di tempat gue bekerja, salah satunya adalah masalah transformasi budaya kerja dari manual menjadi IT based.

Pak Djoko menjabarkan peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam lingkup organisasi menjadi :
  1. TIK sebagai support, peran sebagai pendukung dlm suatu organisasi. Dalam kenyataannya organisasi masin manual, TIK masih sebagai pelengkap suatu keputusan bisnis. Dalam lingkup pekerjaan gue, jelas sekali bahwa posisi TIK masih sebagai support saja karena manajemen tertinggi masih menganggap bahwa unit TIK masih sebagai supporting unit saja.
  2. TIK sebagai enabler, peran sebagai penggerak bisnis suatu organisasi, kelumpuhan TIK dapat membuat organisasi tidak berfungsi.
  3. TIK sebagai transformer, peran sebagai penentu arah bisnis organisasi dan suatu sarana untuk menentukan arah bisnis, produk dan servis baru dari suatu organisasi.

Ada suatu hal yang menarik yang dipaparkan oleh Pak Djoko, mungkin ini bisa dianggap sebagai suatu best practise penerapan IT di lingkup pemerintahan yaitu penerapan IT di lingkup Departemen Keuangan khususnya di Ditjen Perbendaharaan Negara. Menyadari bahwa perubahan budaya kerja menjadi suatu hal yang sangat vital dalam implementasi e-Goverment, Departemen Keuangan membuat suatu pilot project di Ditjen Perbendaharaan Negara. Dalam proses transformasi budaya kerja ini, Depkeu melakukan seleksi ulang para karyawan Ditjen Perbendaharaan dimana seleksi ini dilakukan untuk memilih para karyawan yang mempunyai mindset budaya kerja berbasis IT. Dari sekitar 700 peserta seleksi hanya sepertiganya saja yang memenuhi kualifikasi yang telah ditentukan. Karyawan yang lulus seleksi ini kemudian dididik dan dilatih untuk menggunakan sistem kerja berbasis IT dan hasilnya diluar perkiraan, efektifitas dan efisiensi semakin meningkat. Terus pertanyaannya, kemana karyawan yang lain yang tidak lulus seleksi - "ditempatkan" ditempat yang lebih baik ...he..he... saya nggak ngerti terminologinya Pak Djoko ini.

Tentunya keberhasilan itu tidak bisa terjadi ketika faktor leadership tidak mendukung, banyak contoh keberhasilan penerapan e-Government semisal di Pemkot Denpasar, Yogyakarta, Surabaya dll bisa terjadi karena dukungan yang sangat besar dari Pimpinan untuk implementasinya.