May 3, 2007

Sa Raup Cukup Sa Kranjang Kurang

Kenapa saya ambil judul dalam bahasa Jawa yang artinya segenggam saja cukup tapi sekeranjang masih kurang karena saat ini saya lagi muak sama polah tingkah segelintir elit pimpinan, elit pimpinan yang cenderung terpasung pada kekuasaan, terpasung pada nafsu serakah keduniawian. Muak kepada mereka yang lupa atau pura-pura lupa, tugas utama mereka adalah mewakili kepentingan masyarakat dan melayani rakyat.

Kekuasaan memang merupakan roh yang diidam-idamkan orang, ketika orang yang tidak kuat menerima berkah kekuasaan itu maka polah tingkahnya akan cenderung gila hormat dan haus kekayaan. Kehausan itu tetap tidak terpuaskan meskipun digelontor dengan bertumpuk-tumpuk dollar, berpundi-pundi rupiah, berkarung-karung euro. Yang tertinggal hanyalah napsu serakah, napsu sewenang-wenang, sudah lupa mana yang menjadi haknya mana yang menjadi haknya orang kecil. Yang tertinggal hanyalah sifat keakuan - aku yang paling berkuasa, aku yang menentukan.

Lupa ajaran-ajaran luhur nenek moyang.

Sabaring kalbu,
Ikhlasing ati,
Sarwa Alus,
Sabarang reh arum,
Illat pairap lan pangucap tajem tandhes kebak kawibawaan sungguh.

Alangkah elok kalau pemimpin kita punya jiwa yang sabar, hati yang ikhlas, serba halus perilaku dan ucapannya tajam penuh kewibawaan. Namun justeru yang terjadi adalah kebanyakan mengikuti sikap dan langkah yang keliru, adigang, adigung, adiguna.