September 3, 2007

Nagabonar : Nasionalisme di era digital

Mungkin sudah ketinggalan saya mengulas film Nagabonar jadi 2, tapi berhubung saya baru berkesempatan nonton film ini kemarin nggak ada salahnya saya menuliskan isi hati saya sehabis menonton film ini. Terus terang berlinang air mata saya ketika melihat film ini. Ketika gaya hidup metropolitan dan paham hedonisme telah merasuki jiwa manusia Indonesia, film ini mencoba memberikan setetes air pelajaran nasionalisme meskipun dibingkai dalam bentuk komedi. Bagian film yang membuat air mata berlinang adalah ketika Nagabonar memberikan penghormatan kepada patung proklamator dan pak Dirman. Jadi ingat doktrin-doktrin kebangsaan yang dulu ditanamkan didalam benak kepala saya... jadi ingat pidatonya Bung Karno "jasmerah" ... doktrin ini mungkin sudah susah ditemui di sekolah-sekolah kita apalagi di layar televisi. Film-film perjuangan pun sudah tidak ada lagi ... semisal Janur Kuning ... dan banyak lagi film lain di masa kecil saya ... yang pasti saat itu saya sangat antusias menonton film-film perjuangan ... masih inget "Temon" bocah kecil di era perjuangan kemerdekaan dalam sebuah film yang saya lupa judulnya.

Ketika televisi kita dipenuhi dengan sinetron-sinetron yang hanya memamerkan kemewahan dan kekayaan, maka bangsa kita akan semakin terlena dininabobokan mimpi-mimpi kemewahan. Lupa untuk bekerja keras, lupa untuk menatap masa depan ... yang ada hanya mimpi (meskipun saya termasuk salah satu penggemar mimpi karena bagi saya "mimpi" adalah suatu visi yang harus dicapai). Mungkin tidak ada salahnya sinetron-sinetron kita menampilkan sisi lain dari sebuah perjuangan untuk membangkitkan rasa nasionalisme kita yang semakin pudar ini. Apakah tidak miris hati ini ketika membaca di sebuah media - sebuah negara kecil Malaysia memperlakukan warga kita dengan semena-mena yang jelas-jelas datang ke Malaysia dengan undangan resmi, mengolok-olok dengan sebutan Indon yang berkonotasi negatif, memperlakukan turis dari Indonesia seolah-olah kayak kriminalis ... belum lagi pelanggaran wilayah di Kalimantan ... di Ambalat ... yang dekade tahun sebelumnya pasti tidak berani... apa sebab karena bangsa kita dalam kondisi yang selemah-lemahnya ... pemerintahnya tidak pernah akur dengan dpr-nya apalagi lsm-lsmnya. Mungkin pelajaran kebangsaan perlu ditumbuhkan lagi, sehingga para pemangku kepentingan negeri ini baik di pemerintahan maupun di dpr bisa secara jernih merumuskan kepentingan nasional kita - tidak hanya memikirkan kepentingan partai dan golongannya saja.

3 comments:

Cempluk Story said...

blm ntn nagabonar malah aku..hiks hiks..

symphony said...

meskipun saya gak ngerti apa apa, terharu juga menyaksikan n mendengar teriakan nagabonar...turunkan tanganmu jenderal...mereka tidak pantas kau hormati...ihiks...

Pangarso D. Nugroho said...

itu dia Tante, bagian-bagian yang menyentuh ... jadi inget doktrin-doktrin yg ditanamkan di kepala, apalagi jaman sekarang banyak pimpinan yang hanya mementingkan diri sendiri - lupa sama amanat yg dibebankan di pundak, lupa kalau semua itu harus dipertanggungjawabkan, lupa kalau semua itu asalnya dari rakyat ... yang jelas telah mengkhianati perjuangan para pendahulu kita ... pas nagabonar kalau bilang seperti itu.

salam jepret