May 3, 2007

Sa Raup Cukup Sa Kranjang Kurang

Kenapa saya ambil judul dalam bahasa Jawa yang artinya segenggam saja cukup tapi sekeranjang masih kurang karena saat ini saya lagi muak sama polah tingkah segelintir elit pimpinan, elit pimpinan yang cenderung terpasung pada kekuasaan, terpasung pada nafsu serakah keduniawian. Muak kepada mereka yang lupa atau pura-pura lupa, tugas utama mereka adalah mewakili kepentingan masyarakat dan melayani rakyat.

Kekuasaan memang merupakan roh yang diidam-idamkan orang, ketika orang yang tidak kuat menerima berkah kekuasaan itu maka polah tingkahnya akan cenderung gila hormat dan haus kekayaan. Kehausan itu tetap tidak terpuaskan meskipun digelontor dengan bertumpuk-tumpuk dollar, berpundi-pundi rupiah, berkarung-karung euro. Yang tertinggal hanyalah napsu serakah, napsu sewenang-wenang, sudah lupa mana yang menjadi haknya mana yang menjadi haknya orang kecil. Yang tertinggal hanyalah sifat keakuan - aku yang paling berkuasa, aku yang menentukan.

Lupa ajaran-ajaran luhur nenek moyang.

Sabaring kalbu,
Ikhlasing ati,
Sarwa Alus,
Sabarang reh arum,
Illat pairap lan pangucap tajem tandhes kebak kawibawaan sungguh.

Alangkah elok kalau pemimpin kita punya jiwa yang sabar, hati yang ikhlas, serba halus perilaku dan ucapannya tajam penuh kewibawaan. Namun justeru yang terjadi adalah kebanyakan mengikuti sikap dan langkah yang keliru, adigang, adigung, adiguna.



12 comments:

Anonymous said...

Cinta yang membawa derita

Apa yang anda lakukan jika cinta anda menuntut derita. Seharusnya cinta membawa bahagia.
Koq derita?
Sering terjadi kalau cinta bertepuk sebelah tangan, cinta duit, cinta title, cinta harga diri, cinta jabatan, cinta power, cinta sepatu merek,.... cinta diri sendiri. Cinta model ini tidak membawa selamat dan kebahagiaan.
Sering terbentur dengan apa yang dituntut itu.
Cinta anda bagaimana ?

Saya cinta keluarga saya, Tanah Air, rakyat Indonesia, bahasa Indonesia.... Saya hormat dan akan selalu ingat dengan para Pahlawan Bangsa yang telah berjuang untuk kemerdekaan bangsa dan rakyatnya. Cinta kebenaran dan cinta keadilan.
Merdeka !!!

Pangarso D. Nugroho said...

Merdeka !!!!

Ihiks ... bingung juga nih baca comment ... enggak ada sangkut pautnya sama tulisan ane ... tapi nggak papalah ... berarti masih ada yg peduli dg apa yg gue tulis ...

anyway, kalo gue ditanya cinta - ya gue jelas cinta dong sama isteri, anak dan keluarga gue, jelas cinta dong sama almamater gue, institusi gue, lebih jauh lagi bangsa dan negara gue. mungkin kalo bagi gue adalah implementasi cinta itu sendiri. bagaimana gue cinta sama keluarga gue, bagaimana gue cinta sama institusi gue, bagaimana gue cinta sama negara dan bangsa gue. yg jelas bagi gue - gue akan tetap berusaha bahwa "cinta-cinta gue " itu tidak merugikan orang lain, tidak merusak, tidak makan haknya orang lain. Meskipun berkelok-kelok gue akan tetep utk berusaha di jalur yang lurus ... lho...lho ... bangun ... bangun... jawabannya kok ikut-ikutan kagak karuan .... he...he....
salam dan terima kasih telah mengunjungi blog gue sekaligus kasih komentar.

Aris Heru Utomo said...

met posting lagi dung

Anonymous said...

"sa raup cukup sa kranjang kurang" n cinta yg membawa derita...capek deh gw...hihihi...

Pangarso D. Nugroho said...

hiiii.. nggak usah cape mbak ... dinikmati aja seperti air mengalir ... hua ..ha...ha... ngomongnya enak ya tapi kalo ngejalaninya yang enggak enak ... anyway jalanin saja apa yang mesti kita jalanin yang penting kita tetap berada di track yang benar ... track yang lurus dan tidak merugikan orang lain.
salam

Anonymous said...

Merdeka !!!

Saya juga sependapat. Kita semua tidak boleh lupa dengan para pahlawan dan nenek moyang kita yang telah melimpahkan darah dan nyawa untuk kemerdekaan Tanah Air kita yang tercinta dari penindasan terhadap kebebasan bangsa kita dahulu kala.
Kini, walau di negeri orang, kita semua baik cuma orang bisa hingga pejabat-pejabat negara, tidak boleh lupa bahwa kita semua adalah duta bangsa, dan kitalah yang merupakan cermin bangsa kita di luar negeri.
Sayangnya, seringkali kita lihat hal2 yang kerapkali memalukan dan membuat kita juga malu sendiri.
Kita yang lurus2 dan always "on the right track" - jangan takut atau segan2 mengingatkan atau menegakkan hal2 yang merugikan negara dan bangsa kita sendiri. Jangan takut.
Kita duta bangsa juga - namun kita jugalah duta mata dan hati rakyat.
Merdeka !!!

Pangarso D. Nugroho said...

Merdeka !!!

Setuju banget Mbak ... kita sebagai warga negara meskipun bukan diplomat bisa melakukan apa yang dikenal sebagai "second track diplomacy", diplomasi yang dilakukan oleh orang yang bukan merupakan pejabat diplomatik tapi warga negara biasa. Contoh paling sederhananya adalah melaksanakan fungsi representing, mencoba menampilkan wajah Indonesia - tentunya wajah Indonesia yang positif, pencitraan ini bisa dilakukan melalui media budaya atau yang lainnya. Tentunya kita sebagai warga negara ketika melihat prakteks yang negatif - punya kewajiban untuk mengingatkan dan kalau bisa meluruskan.

Istilahnya keren nih "Duta mata dan hati Rakyat" ... Salut

Anonymous said...

eling lan waspada; ada banyak petuah yg dalam maknanya, namun sering dijadikan bahan ejekan oleh para peminat ajaran murni.

smoga kebijakan berlaku.

Pangarso D. Nugroho said...

Makasih Mas Aroeng nasehatnya.

Anonymous said...

Tugas kita mas untuk saling mengingatkan...mencaci, memaki, menghujat, dan teman2nya itu..gak menyelesaikan masalah. Toh yang lapar tetap lapar. yang miskin makin miskin (mungkin bahkan mereka dimiskinkan). aksinyata mungkin bisa membantu saudara kita. aku juga muak siy mas. muak dengan diri sendiri yang belum bisa berbuat untuk sesama.so..keep fight till the end...

GJ said...

gak yakin mas..kalau udah menduduki jabatan tertentu bisa merubah. soalnya orang2 yang sekarang mas muak terhadap mereka...dulunya juga ngmg gitu..hehehe..berbuat itu gak mesti harus menduduki apa2 dulu toh...malah kita bersyukur nggak diposisi mereka. yang syarat akan tekanan dan ujian. so..buat sb duk...jangan ngbrlnya di post comment aja...niy sehari 2kali udah kasi koment...hehehe.aku segera link blog ini.asyik niy buat tukar pikiran.

Pangarso D. Nugroho said...

Betul Mbak ato Bu nih ...Hanum,
memang ketika sudah menduduki satu jabatan - cobaannya lebih berat, ibaratnya semakin tinggi pohon semakin kencang anginya. pengalaman pribadi nih, yg penting kita tetap di jalur yg benar dg prinsip kita - kalo udah terucap ya kita lakukan seperti apa yg kita ucapkan. praktek yg jamak kan terucap tapi tidak dilakukan atau kalo didepan atasan inggah inggih manthuk-manthuk tapi dibelakang gerundel. dalam posisi saat ini saya selalu mencoba utk tetap konsisten dg apa yg saya ucapkan- mudah-mudahan sampai nanti juga tetap konsisten... doain ya mbak.. :D