December 10, 2007

Juara 2 Menembak


Serbia merupakan salah satu negara yang sangat maju di bidang persenjataan dan tidak bisa dipungkiri lagi bahwa negara ini merupakan salah satu pemasok senjata ringan di dunia. Selain menggunakan upaya marketing konvensional, salah satu club menembak (Partizan) di Beograd berupaya memperkenalkan produk senjata Serbia melalui kompetisi menembak yang diselenggarakan setiap tahun - dan salah satu targetnya adalah Embassy dan Organisasi Internasional yang memiliki perwakilan di Beograd. Belgrade Embassies Shooting Championship sudah memasuki tahun ke 4 sejak pertama kali diselenggarakan tahun 2004. Kompetisi tahun ini diikuti oleh 40 orang peserta dari 12 negara (Cyprus, Swiss, Polandia, Jerman, Indonesia, Ukraine, USA, Belgia, Inggris, Slovakia, Spanyol dan Bulgaria) serta 1 Organisasi Internasional (United Nations), dan pada kesempatan ini dua orang Duta Besar mengikuti pertandingan yaitu H.E. Mr. Stephen Wordsworth (Inggris) dan H.E. Mr. Homer A. Mavromatis (Cyprus).

Memperhatikan hasil tahun lalu dan tahun sebelumnya (Juara Umum dan Juara Kedua), Team Menembak KBRI Beograd mempunyai semangat yang menggebu-gebu untuk bisa merebut kembali piala bergilir yang sempat mampir di KBRI Beograd pada tahun 2005. Upaya yang coba dilakukan adalah dengan berlatih lebih awal, namun sayangnya semangat ini tidak bisa direalisasikan karena tidak mendapat restu dari pimpinan - biaya yang cukup besar untuk latihan dan pertandingan ini lebih cocok untuk antar militer serta tidak begitu langsung menunjang kegiatan diplomasi menjadi pertimbangan pimpinan untuk tidak mengikutsertakan team KBRI dalam kompetisi tahun ini. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya kita tidak mendaftarkan Team KBRI Beograd dalam kompetisi tahun ini, namun demikian saya dan seorang rekan karena hobby tetap berkeinginan untuk ikut serta dalam kompetisi ini sebagai peserta perorangan dengan biaya sendiri, tiga hari sebelum batas akhir pendaftaran Kol. Gina Yoginda - Athan Beograd juga berkeinginan untuk ikut kompetisi, meski jauh hari sebelumnya juga sudah menyatakan keinginannya untuk memperkuat Team Menembak KBRI Beograd.

Kurang 15 menit dari deadline pendaftaran, akhirnya 3 orang peserta dari Indonesia (Saya, Eni dan Pak Yogi) mendaftarkan diri sebagai peserta, dan kita cukup surprise karena ternyata Indonesia dinantikan keikutsertaannya oleh Panitia. Dengan persiapan yang sangat minim (saya hanya dua kali latihan dan Eni hanya satu kali latihan - ...ihiks ... terima kasih Pak Yogi yang sudah menyediakan peluru dan administrasinya ... he...he...), kita bertanding pada hari Sabtu, 8 Desember 2007 di Club Partizan. Pak Yogi mendapat giliran pertama untuk menembak dengan score 192 (92 untuk tembak tepat selama 10 menit - 100 untuk tembak cepat selama 15 detik), saya mendapat giliran kedua dengan score 185 - lebih buruk dari tahun lalu (75 untuk tembak tepat, 2 tembakan pertama tidak masuk di lingkaran hitam hanya mendapat score 2 dan 4 - 110 untuk tembak cepat) kemudian giliran terakhir Eni dengan score 172 (84 untuk tembak tepat dan 88 untuk tembak cepat). Mungkin karena kurang latihan Saya dan Eni tidak begitu stabil meski di latihan terakhir score kita masih di atas 190-an, Eni sedikit gugup ketika menembak cepat dan saya missed 2 peluru di tembak tepat.

Menit demi menit berlalu, semua peserta sudah mendapat giliran - deg degan juga ketika memantau perkembangan score yang di raih oleh peserta lain. Muka-muka lama tampil dengan score yang jauh lebih baik dibanding tahun lalu. Ketika berbincang-bincang disela-sela pertandingan, resep mereka bisa menembus score di atas 2oo cukup simple - kata kuncinya adalah latihan - latihan dan latihan. Bayangkan saja, untuk menembak cepat (10 peluru dalam waktu 15 detik sudah termasuk memasukan magazin kedalam pistol), salah satu peserta dari Ukraine latihan kurang lebih 1,5 jam dalam durasi latihan 1,5 bulan hanya untuk memasukan magazin saja sampai dia bisa mencapai angka 3,5 detik.... ihiks bandingkan dengan kita yang hanya 2 kali latihan ... he...he..... mungkin kalau latihan kita lebih banyak nama Indonesia akan tertoreh sekali lagi di piala bergilir. Panita mengumumkan bahwa pengumuman juara akan dilakukan di Hotel Moskow (mungkin penggemar cerita Kereta Orient Express tahu hotel ini) pada besok harinya, meski dari hasil pantauan score kita yakin bahwa Indonesia bisa menduduk juara 2 dan Eni bisa menyabet juara 2 perorangan putri.
Dan benar juga ketika pengumuman, score gabungan kita (549) menempati posisi kedua setelah Polandia dengan score 567 - posisi ketiga ditempati oleh United Nations 2 dengan score 523. Untuk perorangan Pak Yogi menempati posisi ke 9 dan saya menempati posisi ke 11, Eni di posisi ke 19 umum dan Juara 2 untuk Putri.

November 19, 2007

Salju oh Salju .......

"Saljunya turun tidak terkira ...." begitu suara Dita terdengar hari Sabtu pagi kemarin - lagu hasil plesetan dari Tik-Tik Bunyi Hujan ... eh ... judulnya bener enggak ya. Salju tahun ini merupakan salju ke-empat buat Dita tapi salju pertama buat Arya. Yah 2 hari ini meski temperatur berkisar antara 0-3 derajat Dita dan Arya main di luar terus ... sampai basah kuyup .... fotonya nih :






Musim dingin mungkin suatu kesenangan tersendiri bagi anak-anak .... orang tua juga ding ... :D, tapi di musim ini pengeluaran rumah tangga akan membengkak ... khususnya untuk biaya pemanas ... terasa sekali nikmatnya hidup di Indonesia yang tidak perlu memikirkan biaya untuk pemanas ... tidak perlu memikirkan biaya untuk beli baju hangat ... terasa sekali sebetulnya kalau kita di Indonesia itu dimanjakan oleh alam.

October 19, 2007

Bangga menjadi Bangsa Indonesia


Berawal dari keikutsertaan dalam diskusi online, saya menemukan satu topik yang mungkin sangat berguna untuk menumbuhkan wawasan kebangsaan, rasa bangga menjadi warga negara Indonesia yang mungkin dewasa ini sudah semakin luntur karena situasi dan kondisi negara kita yang masih carut marut. Paparan cerita yang disampaikan oleh Bp. S Harsono berikut ini mungkin bisa menumbuhkan kembali keinginan untuk menggali budaya bangsa kita yang sedemikian tinggi sebelum dipatenkan oleh tetangga kita yang nakal. Berikut paparan Bp. S Harsono yang saya sadur dari diskusi online di Kaskus :

Dalam buku “Pustoko Rojo Purwo” gubahan Mas Ronggowarsito ada cerita lakon “WATUGUNUNG” yang mengisahkan hidupnya sejak kecil sampai menjadi raja di Negara Gilingwesi yang diuraikan sbb:
Dewi Sinto yang keluar dari dalam tanah, untuk dapat bertemu dengan Begawan Wrahaspati harus memasak daging BANYAK (Angsa) dan daging Wedhus Pedro (Domba).
Cerita tersebut sesungguhnya adalah kiasan sandi ilmu perbintangan, yaitu Wrahaspati adalah Planet Jupiter, Dewi Sinto yang keluar dari tanah melambangkan Bumi (Dunia). Banyak/Angsa adalah lambang gugusan bintang “Banyak Angrem” yaitu bintang Scorpio. Sedangkan Wedhus Pedro atau Domba adalah bintang Aries.

Bagi orang awam yang membaca ceritanya tanpa mengetahui bahasa samarannya (sandi) pasti mengira bahwa Dewi Sinto itu bener-bener harus memasak campuran daging kambing dan daging angsa untuk menemui Wrahaspati. Bikin gule buat sajen ... ha ..ha

Dengan sedikit bersabar dan menggunakan nalar kita sekarang bisa melihat bahwa cerita roman tersebut sesungguhnya adalah pelajaran ilmu astrologi.

Jadi ceritanya Dewi Sinto Basundari ketemu Begawan Wrahaspati adalah kiasan sandi yang ungkapannya adalah sbb:

Jalan yang harus dilewati supaya dapat bertemu atau papasan dikenal dengan nama sabuk hewan atau Lingkaran Zodiac (Dieren Riem) atau Ecliptica. Garis ini menjadi arah peredaran planet-planet yang dalam urutannya terdiri dari 12 gugusan dengan jarak masing-masing 30 derajat, yaitu Aries – Taurus – Gemini – Cancer – Leo – Virgo – Libra – Scorpio – Sagitarius – Capricornus – Aquarius – Pisces.

Sedangkan untuk gerak peredaran dunia yang menjadi pusat terletak pada garis lininya dikenal dengan nama Khatulistiwa atau Equator

Lingkaran garis lini (khatulistiwa) ini kalau dimekarkan akan berubah menjadi Garis Lini Langit atau Equator Langit.

Lingkaran Zodiac ini bersilangan dengan Equator Langit dan titik persilangan tersebut dikenal dengan nama Equinox atau bahasa Indonesianya Titik Lente.

Nah Titik Lente inilah yang diumpamakan oleh Ronggowarsito sebagai bertemunya Dewi Sinto dan Wrahaspati, yang teman-teman semua sekarang sudah mengerti sebagai persilangan bertemunya Dunia dengan Jupiter ketika beredar menyusur garis lingkaran Zodiac.

Dalam cerita diatas diterangkan bahwa bertemunya dua orang tersebut yaitu persilangan equator langit dengan lingkaran zodiac pada titik lente, adalah akibat dari bersatunya daging angsa dan daging domba itu mengandung makna hakekat bahwa titik lente itu berjalan/menggeser dari arah bintang angsa (Scorpio) kearah bintang Aries.

Demikianlah persoalan ilmu perbintangan yang di DRAMATISIR menjadi cerita sandi tentang pertemuan antara dewi Sinto dengan Begawan Wrahaspati (antara Bumi dengan Jupiter).

Selanjutnya dalam cerita diterangkan bahwa pertemuan Wrahaspati dengan Dewi Sinto menghasilkan anak yang namanya RADITE yaitu Matahari yang dibesarkan oleh Begawan Radi titisannya Batara Surya. Pertemuan Wrahaspati dengan Dewi Landep menghasilkan anak R.Wukir. Pertemuan Wrahaspati dengan Dewi Somo (Bulan) menghasilkan anak Anggoro (Mars), Sukro (Venus) dan Budo (Mercury).
Pertemuan Dewi Somo dengan RADITE menghasilkan anak Dewi Tumpak (Saturnus). Raden Radite ini akhirnya menjadi raja Watugunung.

Sinto, Landep, Wukir dan Watugunung termasuk menjadi nama Wuku dan ke 26 nama wuku lainnya adalah nama anak Wrahaspati yang lahir dari beberapa istri lainnya. He..he..he… rupanya Wrahaspati ini jagoan ditempat tidur, … jadi kalau ada istri tidak puas jangan cari Jin … tapi carilah Wrahaspati ditanggung memuaskan.

Nah, sekarang jelaskan bahwa cerita Watugunung itu sesungguhnya adalah cerita sandi lambang ilmu perbintangan yang menyebutkan semua nama planit dengan lingkaran zodiac dan equator langit. Jelas bahwa leluhur orang Indonesia jaman purba sudah mempunyai dan mengerti ilmu perbintangan yang lengkap, baik dalam bidang astronomi maupun astrologi seperti yang terdapat dalam Pawukon yang juga dipakai untuk mengetahui watak seseorang.

Pertanyaan selanjutnya adalah berapa tahunkah umur ilmu perbintangan bangsa Indonesia itu ?

Sesuai dengan makna yang tersirat dibelakang cerita Sinto ketemu Wrahaspati, persilangan dua garis lingkaran yang disebut equinox itu adalah menggesernya Banyak Angrem ke Wedhus Pedro atau Scorpio ke Aries, yaitu Bintang No.1 ke Bintang No.8.

Bergesernya Equinox dari arah Scorpio menuju ke Aries adalah melalui 7 gugus bintang yaitu Libra, Virgo, Leo, Cancer, Gemini, Taurus dan Aries.

Lamanya perjalanan waktu bergeser untuk tiap-tiap gugus bintang adalah 2156 tahun. Jadi total waktu perjalanan Scorpio ke Aries adalah 7 X 2156 tahun = 15.092 tahun.

Menurut ketentuan dalam ilmu perbintangan, untuk mengetahui umur berkembangnya ilmu perbintangan diberbagai Negara, ialah dengan memperhitungkan letak Equinox bagi ilmu perbintangan milik sesuatu Negara pada kedudukan mulai saat berkembangnya, kemudian dihitung jalan menggesernya sampai ke letak bintang Aries, yang menjadi pangkal menghitung posisi bintang pada garis lingkar zodiac.

Sesuai uraian diatas, dalam ilmu perbintangan kuno Indonesia, equinoxnya pada permulaannya berada diarah bintang Banyak Angrem (Scorpio) yang dalam perjalanannya ke Wedhus Pedro (Aries) melalui 7 gugus yang membutuhkan waktu 15.092 tahun lamanya. Jadi sesuai dengan pedoman ketentuan dari ilmu perbintangan maka umur ilmu perbintangan Indonesia sudah lebih dari 15.000 tahun.

Nol derajat equinox Aries itu terjadi pada tahun 108 Sebelum Masehi. Sedangkan sekarang ini pada saat Pak Biduanmanstrip membuat catatan ini adalah tahun 2007.

Jadi sampai waktu sekarang ini equinox tersebut sudah berjalan menggeser dari letak Aries selama (108 + 2007) 2115 tahun mendekati letak bintang Pisces. Dengan demikian berkat sandinya Pak Ronggowarsito maka kita dapat menghitung dengan pasti bahwa ilmu perbintangan Indonesia yang disebut Pawukon ini sudah mencapai (15.092 + 2115) 17.207 tahun lamanya.

Meskipun banyak yang sudah tidak mengerti artinya, tetapi ilmu perbintangan Indonesia yang disebut Pawukon ini sampai sekarang masih dikenal sebagian besar masyarakat, karena itu masih dicantumkan dalam “Tanggalan” untuk berbagai kepentingan adat dan keagamaan.



1. Bulatan ditengah D = Dunia
2. Lingkaran 1-R-7-S = Equator Langit
3. Lingkaran 1-0-7-P = Zodiac terdiri dari 12 gugus bintang.
4. Letak Aries adalah pangkal untuk menghitung jalan menggesernya equinox
5. Panah B = arah jalan menggesernya equinox dari scorpio ke Aries.
6. Equinox atau Titik Lente berada di Aries tahun 108 SM

Dengan terungkapnya umur ilmu perbintangan Pawukon yang sudah mencapai 17.000 tahun, ini menambah bukti lagi bahwa bangsa Indonesia adalah penduduk asli Bumi Nusantara yang sudah memiliki peradaban sendiri. Bukan keturunan Turki, Baghwan atau Mocetung yang katanya datang 300 tahun SM.

Bangsa Indian
Melalui penghitungan bergesernya equinox tersebut, diperhitungkan bahwa penduduk tertua di Peru telah memiliki ilmu perbintangan yang umurnya 15.000 tahun karena titik lentenya berada pada Libra. Pergeseran dari Libra sampai Aries melalui 6 gugus bintang yaitu 6 X 2156 = 12.936 + Letak equinox kini (108+2007) = 15.051 Tahun
Dengan demikian terbukti melalui Pawukon ini bahwa Peradaban di Indonesia sudah ada ketika berkembangnya peradaban Bangsa Kulit Merah (Indian) yang hidup sejak jaman Lemuria dan Atlantis di bagian bumi sebelah barat. Sedangkan Bangsa Indonesia adalah bangsa Kulit Sawo Matang dengan peradabannya berkembang dibagian bumi sebelah timur.

Bangsa Cina
Ilmu perbintangan tertua dari bangsa Cina adalah 13000 tahun, dilihat pada titik lentenya yang berada pada perumahan bintang Virgo. Perjalanan dari Virgo – Leo – Cancer – Gemini – Taurus – Aries melalui 5 gugus bintang, yang membutuhkan waktu 5 X 2156 = 10.780 + letak equinox kini (108+2007) = 12.895 Tahun.

Bangsa Babilonia
Ilmu perbintangannya berumur 6500 tahun, dilihat dari letak titik lente yang berada pada bintang Gemini. Pergeseran dari Gemini sampai Aries melalui 2 gugus bintang Taurus dan aries yang membutuhkan waktu 2 X 2156 = 4312 + letak equinox kini (108+2007) = 6427 tahun.

Bangsa India (Hindia Belakang)
Ilmu perbintangannya disebut Surya Sidhanta dan titik lentenya dimulai dari Taurus yang dalam pergerakannya menuju ke Aries membutuhkan waktu 2156 tahun lamanya. Sampai dengan tahun ini dimana Pak Musha melakukan pencerahan Nasional yaitu tahun 2007 maka ilmu perbintangan Raden Mas AjiSaka beru mencapai 2156 + (108+2007) = 4271 tahun umurnya.

Nah … sekarang coba masing-masing kita semua merenung, apakah mungkin Aki Dudung itu orang India atau Mbah Warijan itu Orang Cina. Apakah sampai sebegitu rendahnya rasa percaya diri bangsa ini, sampai tidak mau mengakui jati dirinya yang tulen. Aki Dudung yang manuke gundal gandul itu telah membekali kita dengan ilmu perbintangan yang tak ternilai harganya. Inilah Pusaka dan Harta Karun Indonesia yang di buat menjadi cerita mistik sebagai harta karun Bung Karno dsbnya.
Kalau ada yang mau mencari harta karun tersebut ya Galilah ilmu warisan Aki Dudung ini. Berbanggalah menjadi Putra Bangsa melalui tindakan-tindakan yang "Noble". Berprestasilah sebagai Putra Bangsa melalui tindakan-tindakan yang "Tulus".

Semoga bermanfaat


September 18, 2007

Street Exposure

Ceritanya nih terinspirasi sama Nitsa untuk bikin photo yang fokus pada street photography. Ahirnya bongkar-bongkar koleksi lama dan dikumpulin jadi satu di blog baru Street Exposure. Di blog ini saya bereksperimen buat blog 3 kolom ngikutin panduannya Mas Aroengbinang dan hasilnya cukup lumayan .... silahkan lho kalo mau dikomentari - kritik selalu ditunggu. ... :) . Meskipun di blog ini baru ada beberapa buah photo. Niatnya kalo udah terkumpul agak banyak nanti mau dicetak dalam bentuk buku. Jadi makin bergairah untuk belajar fotografi ... mudah-mudahan semangat yang menggebu-gebu ini nggak luntur. Yah paling tidak seperti kata Nitsa yang penting motret sambil mempelajari kaidah photography yang bener ... ada yang mau nemenin hunting? dengan motto "sing penting motret" meskipun peralatan masih amatir banget (Nikon D50, Nikon 50 mm/1.8D AF, Nikon 18-135 mm/3.5-5.6 G DX AFS, Sigma 70-300 APO DG Macro, Nikon Speedlight SB-600, Manfrotto 718 SHB, Nikon ML-L3, Lowepro Computrekker AW) kalo wish listnya sih ditambah Nikon 80-200 mm atau :D Nikon 70-200 mm VR, Nikon 105 mm Micro VR, Sigma 10-20 mm ... kalo wish listnya langsung diborong yang jelas isteri langsung manyun ... :D